‘Merdeka Belajar’ Akan Mengubah Masa Depan Pendidikan di Indonesia

28 Oktober 2021
Administrator
Dibaca 51 Kali

JAKARTA, KRJOGJA.com – ‘Merdeka Belajar’ akan mengubah masa depan pendidikan di Indonesia, perlu transformasi pendidikan vokasi melalui kemitraan publik-swasta. Demikian diungkapkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, dalam video sambutan The Week of Indonesia-Netherlands Education and Research (WINNER), Selasa (26/10/2021) malam.

Dengan kolaborasi yang kuat, kami siap untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). ‘Winner’ pererat hubungan Indonesia – Belanda dalam mencapai tujuan pembangungan berkelanjutan (SDGs).

Acara yang bertujuan merefleksikan sejarah panjang kolaborasi dalam penelitian dan pendidikan antara Indonesia dan Belanda, mengidentifikasi prioritas kedua negara dan memperdalam serta membentuk kolaborasi baru. Secara khusus, mahasiswa diminta lebih untuk menaruh perhatian lebih pada sustainability.

“Dengan kolaborasi yang kuat, kami siap untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs),” lanjut Nadiem.

Dalam kesempatan yang sama Menteri Pendidikan, Budaya, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Ingrid van Engelshoven, dalam sebuah pesan video, secara khusus menyambut para mahasiswa yang telah hadir baik di Jakarta, Indonesia maupun Utrecht, Belanda untuk mengajukan pertanyaan selama sesi hybrid online. “Sangat penting bahwa kami menggunakan minggu ini untuk berdiskusi dan berkolaborasi,” ujarnya.

Pertanyaan muncul dari para mahasiswa di Indonesia dan Belanda tentang bagaimana para mahasiswa dan lembaga pendidikan sendiri dapat berkontribusi lebih aktif terhadap SDGs, sebagai contoh dengan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum. Seorang mahasiswa menunjukkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) sangat cocok dengan ‘Kampus Merdeka’, kebijakan pendidikan Indonesia yang mengejar cara belajar yang inovatif dan didorong oleh permintaan.

Dr Laksana Tri Handoko (Ketua Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia, BRIN) menjelaskan bahwa mandat eksplisit lembaganya adalah untuk lebih menggunakan kapasitas teknologi untuk mencapai SDGs, sehingga penelitian lebih mengarah pada inovasi konkret.

Menurut Profesor Inge Hutter (Rektor International Institute of Social Studies, University of Rotterdam), inovasi bisa bersifat teknis, tetapi juga sosial. “Kerja sama interdisipliner adalah tantangan besar. Oleh karena itu penting bahwa prioritas penelitian disepakati dalam penciptaan bersama.”

Profesor Nizam (Dirjen Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia) sependapat dengan mengatakan bahwa inovasi bukan hanya tentang ‘hard sciences. “Dasar untuk pembangunan berkelanjutan adalah pendidikan: kita perlu memperkuat pendidikan untuk mencapai SDG’s.”

Pembicara utama Dr Lisa Becking (Associate Professor Tropical Marine Biodiversity at Wageningen University & Research and Naturalis Biodversity Center), membawa inovasi ini ke dalam praktik. Dalam kontribusinya, Lisa berbicara tentang keberhasilan kerjasama internasional dan interdisipliner dalam meneliti ketahanan terumbu karang. “Di Papua Barat tempat kami bekerja, penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan penduduk setempat,” katanya.

Dalam keynote speech kedua, dr. Dwinita Larasati (Industrial designer, lecturer, researcher at Man & Industrial Product Design Research Group, Industrial Design Program, Faculty of Art and Design, Institut Teknologi Bandung (ITB)), Indonesia menyoroti ekonomi kreatif yang inklusif untuk pembangunan yang berpusat pada manusia. Secara khusus dia membahas ‘fashion village lab’, sebuah proyek percontohan untuk industri mode sirkular. “Masyarakat ekonomi kreatif memiliki atribut utama untuk beradaptasi dengan tantangan masa depan,” ungkapnya.

“Inovasi datang dalam berbagai macam bentuk”, simpul moderator Dirk-Jan Koch (Chief Science Officer di Kementerian Luar Negeri Belanda) di pihak Belanda. “Kekuatan kerja sama antara Belanda dan Indonesia adalah bahwa kami berbagi prinsip penelitian independen dan kebebasan akademik. Ini merupakan hal yang sangat penting, jika perlu, peneliti independen dapat memanggil pemerintah untuk memerintahkan ketika SDG sudah tidak dalam jalur yang tepat.

Dalam rangkaian acara pembuka berlangsung pula panel diskusi yang membahas bagaimana menginovasi kolaborasi penelitian untuk mencapai tujuan pembangungan berkelanjutan (SDGs). Panel diskusi ini dihadiri oleh Anka Mulder (Member of the Steering Committee on Online Education in Higher Education in the Netherlands), Dudi Hidayat (Director Research Centre for STI Policy and Management (BRIN)), Prof. Anita Hardon (NWO Executive Board, Chair Domain Social Sciences and Humanities), Mego Pinandito (Deputy for Utilization of Research and Innovation BRIN), Edy Giri Rachman Putra, PhD (Deputy for Utilization of Research and Innovation BRIN).

Dengan program yang sangat beragam menghadirkan lebih dari 120 pembicara yang mempunyai latar belakang sebagai kaum akademisi, peneliti, wirausaha, pemangku jabatan pemerintah dan berdiskusi secara pararel terkait sains, pendidikan, kerjasama dan kebijakan. Daftar disini, bagi peminat masih dapat mendaftar untuk berpartisipasi. (Ati)

Sumber