Adat dan Tradisi

31 Desember 2020
Admin
Dibaca 810 Kali

Upacara Adat

Kutukan

Menurut cerita setempat secara turun temurun, ada seorang tokoh muslim bernama Sunan Geseng yang tengah memancing di sungai. Beliau tidak menyadari dua anaknya ternyata mengikutinya ke sungai saat memancing. Sunan Geseng mendengar bunyi berisik dari arah semak-semak. Karena beliau yakin dirinya sedang memancing sendirian, Sunan Geseng pun bergumam ada monyet di sekitarnya.

Akibat dari bergumam tersebut seketika anaknya berubah menjadi monyet. Beliau sedih, dan mencari petunjuk dari yang Maha Kuasa Untuk menghilangkan kutukan Sunan Geseng diharuskan memakan jenis ikan tertentu pada hari lahir atau weton anaknya yakni Jumat Wage. Akhirnya anaknya terbebas dari kutukan. Selanjutnya ikan itu diberi nama Ikan kutuk. Tradisi memakan ikan kutuk itupun dilestarikan, dengan nama "Kutukan".

Upacara adat ini dilaksanakan setiap hari Jumat Wage setelah panen. Prosesi diawali dengan kirab Bergodo dan Gunungan.

---

Upacara Adat

Wiwitan

Proses wiwitan dilakukan di sawah dan dipimpin oleh Mbah Kaum atau orang yang dituakan di kampung. Upacara ini dimulai dengan memotong padi sebelum panen diselenggarakan. Mbah kaum memulai prosesi dengan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan memotong sebagian padi sebagai tanda padi sudah siap dipanen.

Disebut sebagai 'wiwitan' karena berasal dari kata 'wiwit' yang berarti 'mulai. Sehingga dapat diartikan Wiwitan sebagai tanda dimulainya masa panen. Upacara Adat Wiwitan dilakukan sebagai wujud ungkapan terima kasih dan rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah menumbuhkan padi hingga siap dipanen.

Hidangan pelengkap pada ritual Wiwitan yang disajikan merupakan makanan tradisional, hasil pangan lokal, seperti nasi gurih, ayam kampung, sayur nangka, krupuk, tahu tempe, teri, peyek serta jajan kecil, telur, dan biasanya dibungkus dengan daun pisang atau daun jati.

---

Upacara Adat

Nyadran

 

Nyadran merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Nyadran berasal dari Bahasa Sanskerta, yakni Sradha yang berarti keyakinan. Nyadran adalah pembersihan makam tradisi oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan. Kegiatan upacara adat Nyadran secara rangkaian garis besarnya berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya dengan mengadakan kenduri selamatan di makam leluhur.

Pada akhir acara para sesepuh bergantian menyampaikan kesan dan pesan atas pelaksanaan Nyadran kali ini, yang pada intinya Nyadran merupakan budaya lama yang harus selalu dipertahankan serta dapat dilaksanakan setiap tahun. Seluruh rangkaian pada upacara ini dimaksudkan sebagai bentuk persiapan secara lahir dan batin dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Pada Bulan Ruwah (Sya'ban) selalu digunakan untuk melaksanakan acara Nyadran serta kirim do'a bagi ahli keluarga yang telah meninggal. Pada mulanya prosesi ini dilakukan di rumah kepala Dukuh Paingan. Namun, setelah adanya pembangunan Pendopo Makam Tengah selesai kini prosesi Nyadran dilakukan di Pendopo Makam Tengah.

---

Upacara Adat

Merti Desa

Merti Desa dilaksanakan setiap tahun sebagai peringatan Hari Jadi Kalurahan Sendangsari. Latar Belakang dari pelaksanaan Hari Jadi Kelurahan Sendengsan merujuk pada maklumat No 15 Tahun 1947 dan sesuai dengan dikeluarkannya Nomor 168/D/Pamong Praja tanggal 23 September 1647 tentang pengangkatan pemerintah daerah untuk Lurah Mojo Sarjono maka ditentukanlah Hari Jadi Kelurahan Sendangsari jatuh pada tanggal 23 September 1947.

Upacara ini biasanya diawali dengan Bersih Desa (Kerja Bakti) Lingkungan di semua wilayah, Kemudian dilanjutkan dengan Pemasangan Umbul-umbul, Lalu ziarah ke Makam Mantan Lurah, Malam Tirakatan, Bakti Sosial, Doa Bersama, Upacara Hari Jadi dan terakhir Upacara Adat Gelar Wilujengan.

---

Upacara Adat

Nombekke Jaran

Upacara adat yang sudah menjadi tradisi turun temurun dari sesepuh Jathilan Mega Mendung ini dilaksanakan sebelum kesenian jatilan ditampilkan. Tradisi ngombekke jaran ini dilaksanakan di sumber air yang dianggap keramat oleh tokoh budaya setempat yaitu Sumur Gayam Disebut sumur Gayam karena dulunya ada pohon gayam di atasnya yang ditunggui oleh Ki Gandrung Barung.

Upacara diawali dengan iringan bregodo yang membawa srono berupa tumpeng hasil bumi, tumpeng nası, ingkung, pisang raja dan sesaji yang digunakan untuk nembung kepada penunggu Sumur Gayam Yang unik dari tumpeng tersebut adanya tambahan ketupat dan uang sebagai simbol lebaran.

Selesai ngombekke jaran, srono beserta barisan bregodo yang diiringi oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo, kecamatan beserta unsur forkompinca, Kepala Desa Sendangsari beserta Perangkat Desa serta seniman di kirab sampai lokasi pentas jatilan. Sebelum pementasan jathilan pong gling diadakan kegiatan seremonial dan perebutan tumpeng

---

Upacara Adat Daur Hidup

Mitoni/Tingkepan

Upacara ini diberi nama dengan mengambil dari kata pitu atau 7 sehingga disebut Mitoni Upacara ini dilakukan pada bulan ke-7 kehamilan pertama seorang perempuan dengan tujuan agar janin dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan.

Prosesi dalam upacara Mitoni:

  1. Sungkeman
  2. Siraman
  3. Ganti busana
  4. Jualan dawet

Menurut filosofi, sungkeman dimaksudkan untuk memohon doa restu. Siraman bermakna mensucikan lahir dan batin sang ibu dan calon anak. Acara brojolan sebagai simbol harapan agar bayi lahir dengan mudah. Memutus lawe/benang/janur bermakna menjauhkan calon ibu dari marabahaya. Meluncurkan sepasang cengkir gading di dalam sarung dari atas perut calon ibu ke bawah. Meluncurkan sepasang cengkir gading bermakna doa agar bayi lahir dengan mudah tanpa kesulitan. Cengkir gading dimasukkan gentong, dipilih dan kemudian dibelah yang melambangkan telah dibukakan jalan bagi anaknya untuk dapat lahir sesuai jalannya.

Ganti tujuh busana menggunakan kain panjang dan kemben 7 motif berbeda, misalnya Sidomukti, Wahyu Temurun, Sidoasih, Sidodrajat, Sidodadi, Babon Angrem, Tumbar Pecah. Motif kain mempunyai makna harapan agar kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang kain.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Puputan

Puputan dilakukan sebagai salah satu bentuk rangkaian upacara kelahiran seorang anak. Upacara ini dilaksanakan setelah tali pusar bayi putus atau lepas (puput atau dhaut artinya lepas). Filosofi dari pupuran ini Sebagai upaya untuk mendoakan bayi semoga selalu dalam keadaan sehat.

Prosesi pada upacara diselenggarakan ini dengan mengadakan kenduri atau selamatan yang dihadiri oleh kerabat dan tetangga terdekat. Sesajian (makanan) yang disediakan dalam upacara puputan antara lain nasi gudangan yang terdiri dari nasi dengan lauk pauk, sayur-mayur dan parutan kelapa, bubur merah, bubur putih, dan jajan pasar. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam prosesi yaitu dengan pembuatan aneka sesaji penuh makna, diantaranya jenang abang putih, jenang palang, jenang baro baro, jajan pasar dll.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Tedhak Siten

Upacara tedhak siten merupakan adat yang dilakukan ketika anak pertama kali belajar berjalan dan dilaksanakan pada usia sekitar tujuh atau delapan bulan. Tahapan dalam upacara tedhak siten antara lain membersihkan kaki, injak tanah, berjalan melewati tujuh wadah, tangga tebu wulung, kurungan, memberikan uang dan melepas ayam. Sebagai bentuk mensyukuri nikmat Tuhan karena anak sudah mulai berjalan untuk pertama kalinya.

Sarana & Prasarana yang disediakan aneka macam sesaji, jajan pasar, jenang jenangan, dan ada sarana khusus, berupa tangga/ondo dari tebu, kurungan jago, jadah keset, teker ingkung, dan beraneka macam mainan yang diletakkan di dalam kurungan ada uang, perhiasan, bolpoint, dan akan diambil oleh si anak yang melambangkan karir kelak si anak setelah dewasa

---

Upacara adat Daur Hidup

Khitanan/Supitan

Khitanan sebagai tanda bagi seorang laki laki yang sudah beranjak dewasa yakni saat usia menginjak dewasa antara 12-15 tahun. Bagi masyarakat Sendangsari khitanan wajib dilakukan untuk kaum laki-lakı. Khitan adalah proses pemotongan kulit yang menutupi hasyafah atau kepala kemaluan sehingga seluruh hasyafah terbuka dan tidak ada kulit yang menutupinya. Acara ini biasanya diadakan hampir menyerupai pesta pernikahan, biasa juga disebut dengan pengantin sunat.

---

Upacara adat Daur Hidup

Lamaran/ Uluk Lamar

Lamaran adalah ketika orang tua calon mempelai pria mengutus seorang yang bertugas untuk melamar mempelai wanita dan menentukan waktu yang tepat untuk melakukan upacara pernikahan. Lamaran dilakukan dengan cara mengunjungi kediaman calon mempelai wanita untuk memastikan bahwa si wanita masih sendiri dan orang tua juga menyetujui. Pada umumnya lamaran atau uluk lamar dilaksanakan tiga bulan sebelum pelaksanaan ijab qabul.

Bentuk sarana dan prasarana yang digunakan biasanya disertakan berbagai macam simbol barang bawaan seperti pisang raja, jajan pasar, ketan, jadah, dan aneka buah.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Tukar Cincin

Proses tukar cincin ini biasanya pertama dilakukan saat bersamaan dengan prosesi Lamaran atau bisa dilakukan saat sebelum prosesi ijab qobul Acara tukar cincin yang dilakukan sebelum ijab qobul dilakukan satu bulan sebelum pernikahan dan ada pula yang dilakukan setahun sebelumnya Adapun cincin yang digunakan dalam prosesi Tukar Cincin sebagian besar dari pihak laki laki dan ada juga yang di beli oleh kedua belah pihak, mereka saling memberikan cincin yang diberi tulisan nama didalamnya.

Tukar Cincin dilakukan sebagai tanda ikatan kedua belah pihak dan sebagai simbol bahwa seseorang telah dipinang atau dalam bahasa Jawa disebut peningsetan. Peningsetan berasal dari kata singset yang artinya mengikat erat antara putra putri kedua pihak dan para orangtua pengantin yang akan menjadi besan.

Menurut tradisi peningset terdiri dari Kain batik, bahan kebaya, semekan perhiasan emas, uang yang lazim dikata tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi jadah, wajik, rengginang, gula teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipiku tersendiri, satu jodoh ayam hidup.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Memasang Tarub

Tarub adalah hiasan janur kelapa kuning (daun yang masih muda) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe. Bleketepe merupakan simbolis yang menggambarkan akan diadakannya pernikahan dalam rumah tersebut. Upacara yang dilakukan sebelum hari pernikahan dilaksanakan atau bersamaan dengan hari pelaksanaan siraman untuk pengantin.

Dalam upacara ini biasanya para warga atau masyarakat sekitar akan bergotong royong untuk membangun tarub atau tenda. Di Halaman depan rumah biasanya akan dipasang gapura yang terbuat dari beberapa rangkaian bunga dan tanaman. Kerangka gapura terbuat dari bambu jenis deling wuluh yang kanan kirinya akan diikatkan pohon pisang raja atau pulut yang sedang berbuah masak. Terdapat tebu wulung beserta daunnya yang diikatkan bersamaan dengan pohon pisang tidak hanya itu gapura akan dikaitkan dengan daun beringin, padi ketan dua ikat, janur, daun kemuning, daun kara, daun andhang, alang-alang, daun kluwih dan dua buah kelapa gading. Semua daun tersebut diikat dengan menggunakan siladan atau sayatan bambu yang tipis, dalam upacara pemasangan tarub dan gapura ini tidak diperbolehkan menggunakan tali rafia atau plastik. Hal ini dikarenakan setiap komponen memiliki makna tersendiri.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Asok Tukon

Berbeda dengan mas kawin atau mahar. Asok tukon merupakan salah satu dari rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa. Asok sendiri dalam bahasa Jawa memiliki makna membayar Sedangkan tukon berarti pembelian. Prosesi asok tukon dilakukan dengan cara dimana calon pengantin pria memberikan sejumlah uang kepada keluarga calon pengantin wanita.

Secara harfiah asok tukon memang memiliki arti prosesi jual beli. Namun,, bukan berarti tujuannya untuk membeli istri melainkan sebagai bentuk penghormatan. Wujud terimakasih yang disampaikan pihak calon pengantin pria kepada calon mertua yang telah memberikan izin untuk meminang putrinya secara sah.

Asok tukon juga dimaknai sebagai bentuk meringankan biaya prosesi pernikahan yang biasanya diadakan di kediamanan calon pengantin wanita. Selain itu juga dimaknai sebagai pengganti atas biaya pendidikan dan perawatan calon pengantin wanita selama masih bersama orang tua.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Midodareni

Upacara berasal Midodareni dari kata widodari atau bisasari. Upacara Midodareni atau yang biasa disebut dengan acara Tirakatan. Midodareni dilaksanakan saat malam menjelang akad nikah Calon pengantin wanita akan tinggal di dalam kamar dan ditemani oleh sanak saudara perempuan hingga pernikahan akan dilangsungkan keesokan harinya. Jika para tamu atau orang lain ingin bertemu dengan calon pengantin, maka harus mendatangi kamar calon pengantin wanita tersebut, bahkan calon pengantin laki-laki tidak diperbolehkan untuk bertemu bahkan berkomunikasi sebelum hari pernikahannya.

Dalam acara undangan ini atau semua tamu keluarga calon pengantin yang hadir disarankan untuk tidak tidur sampai pukul 12 malam. Hal ini berkaitan dengan cerita rakyat yang sangat melegenda yaitu "Ki Jaka Tarub Legenda ini dipercayai masyarakat bahwa pada tengah malam sebelum diadakannya pernikahan Dewi Nawang Wulan (istri Jaka Tarub) akan turun dari khayangan untuk memberi restu atau berkah pangestu dan menambah kecantikan kepada calon pengantin wanita sehingga laksana bidadari atau widodari

---

Upacara Adat Daur Hidup

Siraman

Prosesi siraman ini akan dipimpin oleh sembaga, orang tua calon pengantin dan tujuh orang yang sudah berumah tangga Upacara ini dilakukan di tempat khusus yang sudah dihias dengan indah Satu persatu orang tua akan menyiram tubuh calon pengantin seraya berdoa agar kedua calon pengantin dapat mengikuti prosesi pernikahan dengan lancar dan dapat membangun rumah tangga yang baik

Setelah semua prosesi siraman selesai, calon pengantin wanita. akan digendong atau dibopong oleh sang ayah dan ibunda menuju kamar atau tempat khusus.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Srah-Srahan

Upacara srah-srahan merupakan upacara adat yang dilakukan dengan cara menyerahkan barang-barang dari pihak calon pengantin laki - lakı kepada orang tua dari calon pengantin perempuan sebagai sebuah hadiah. Srah- srahan merupakan salah satu prosesi yang dilakukan sebelum pernikahan terjadi. Rangkaian acara srah-srahan merupakan tambahan dalam upacara adat pernikahan.

Tujuan dari adanya srah-srahan ini adalah membantu meringankan beban calon besan dalam menggelar pesta pernikahan. Srah-srahan dapat berupa uang tunai, hasil bumi, perhiasan, hewan ternak dan lain-lain.

---


Upacara Adat Daur Hidup
Akad Nikah

Akad Nikah atau disebut juga sebagai Ijab qobul Bagi daerah manapun termasuk daerah Sendangsari, upacara ijab qobul wajib dilakukan di dalam pernikahan Akad nikah merupakan akad perjanjian suci yang diucapkan oleh mempelai putra.

Sebelum melakukan akad nikah, kedua calon pengantin akan melakukan wawancara, pemeriksaan surat surat yang diperlukan, pemeriksaan fisik dan mental serta pendampingan dan konseling pada tiga bulan sebelum melakukan pernikahan untuk menekan angka perceraian. Akad nikah dapat dilaksanakan di kantor urusan agama atau KUA bagi yang beragama muslim dan di Kantor pencatatan sipil untuk yang nonmuslim atau dapat Juga dilaksanakan di kediaman calon pengantin wanita sebelum upacara adat berlangsung.

Akad nikah bukan bagian dari rangkaian adat pernikahan, namun sudah menjadi bagian atau acara yang wajib dilaksanakan dalam pernikahan Akad nikah merupakan kewajiban setiap warga negara untuk mendapat pengakuan perkawinan yang sah di mata hukum dan negara yang dilakukan di depan pejabat dari kantor urusan agama sebagai wakil negara dan menghormati hukum Negara.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Panggih Penganten

Panggih memiliki arti bertemu Panggih penganten merupakan bertemunya kedua mempelai pria dan wanita setelah akad nikah Selanjutnya kedua mempelai akan disandingkan di pelarnınan Menurut masyarakat Sendang Sari, pernikahan akan dikatakan sah apabila memenuhi 3 syarat, yaitu sah Dimata hukum, sah di mata agama dan sah di mata adat Pernikahan yang sah menurut adat adalah dengan mengikuti upacara adat yang disebut dengan Panggih atau dhaup.

Upacara ini dimulai dengan pemberangkatan pengantin laki-laki yang mengenakan busana pengantin ke tempat upacara bersama dengan pengiring yang disaksikan oleh tamu undangan, para tetangga dan sanak keluarga Sementara itu, pengantin wanita juga akan dibawa oleh pengiring menuju tempat upacara Panggih dengan menggunakan busana pengantin.

Setelah acara serah terima dari pihak pengantin laki-laki kepada pihak pengantin wanita, pengantin laki laki akan di giring untuk bertemu dengan pengantin wanita Sebelum mereka mendekat, dalam beberapa meter mereka harus saling melemparkan gantal Gantal ialah buntaları daun sirih yang dibuat dengan cara di lipat dan di ikat dengan menggunakan benang Gantal yang dibawa oleh pengantin laki-laki di sebut Gondhang tutur, sedangkan gatal yang di bawa oleh pengantın wanita di sebut Gondhang kasih Menurut mereka pengantin yang melempar gantal terlebih dahulu dan mengenai sasaran di percaya kelak akan mendominasi dalam kehidupan rumah tangga Setelah melakukan prosesi lempar gatal, pengantin akan berjalan menuju gapura yang sudah dihiasi beraneka macam tumbuhan yang disebut dengan kerun. Ini merupakan simbolis dari harapan semoga kedua pengantin menjad pasangan yang sakinah mawadah warahmah.

---

 

Upacara Adat Daur Hidup

Membasuh Kaki/ Wijikan

Upacara ini dilakukan setelah kedua pengantin bertemu Prosesi membasuh kaki pengantin laki laki yang dilakukan oleh pengantin wanita disebut dengan Wijikan. Wijikan juga disebut dengan prosesi Ranupada Kata Ranupada berasal dari kata Ranu dan Pada Ranu yang berarti air dan Pada yang artinya membasuh kaki.

Dalam upacara ini. mempelai pengantin wanita akan mencuci kaki pengantin laki-laki di dalam bokor atau wadah khusus yang berisi air kembang tujuh rupa Setelah prosesi wijikan selesai dilakukan, mempelai pria biasanya akan membantu istri bangun dan mengajaknya ke kursi pelaminan Ini sebagai simbol bahwa suami juga harus menjadi pelindung serta menghargai istri yang telah berbakti padanya.

Mempelai wanita yang membasuh kaki mempelai pria melambangkan bakti seorang istri kepada suami Selain itu juga simbol dari upaya menghilangkan halangan selama menempuh perjalanan menuju keluarga yang harmonis.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Sungkeman

Sungkeman dilakukan setelah kedua mempelai melakukan upacara membasuh kaki. Kedua mempelai wanita dan pria bersungkem di hadapan orang tua mempelai wanita dan pria secara bergantian. Upacara ini sebagai perwujudan bakti seorang anak kepada orang tua yang telah membesarkannya hingga kini mereka menempuh kehidupan mereka yang baru Sungkeman juga merupakan permohonan restu kedua mempelai kepada orang tua agar kelak menjadi keluarga yang bahagia.

---

Upacara Adat Daur Hidup

Boyongan

Boyong pengantin merupakan upacara yang dilakukan setelah lima hari akad pernikahan. Mempelai wanita akan dibawa atau diboyong ke kediaman mempelai pria dan dikenalkan kepada masyarakat. Boyong pengantin atau ngunduh mantu mengandung berpisahnya makna anak (mempelai wanita) dari orang tua karena harus membangun keluarga yang mandiri bersama suaminya.

Sarana & Prasarana yang digunakan yaitu pakaian adat jawa, seni tradisi jawa, dekor klasik, bahasa jawa, gamelan.