Keturunan Varian Delta, Ilmuwan Mulai Lacak Penyebarannya di Inggris

21 Oktober 2021
Administrator
Dibaca 66 Kali

KOMPAS.com - Para ilmuwan di seluruh dunia, saat ini sedang melacak dengan cermat keturunan varian Delta di Inggris. Seperti diketahui varian Delta adalah varian virus corona yang sangat menular.

Varian Delta hingga kini masih menjadi varian virus corona yang paling diawasi, sebab varian virus SARS-CoV-2 ini kini telah menjadi varian dominan di seluruh dunia.

Virus corona terus bermutasi, tak hanya varia Delta yang mulai masuk dalam pengawasan para ilmuwan dunia.

Namun, belakangan ini keturunan varian Delta kembali terdeteksi dan teridentifikasi di Inggris.

Dilansir dari Science Alert, Kamis (21/10/2021), otoritas kesehatan masyarakat Inggris mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Jumat pekan lalu, bahwa mereka sedang memantau subvarian Delta yang disebut AY.4.2. Varian virus corona keturunan varian Delta itu telah menginfeksi lebih banyak orang baru-baru ini.

Francois Balloux, direktur di University College London Genetics Institute, mengatakan di Twitter pada hari Sabtu bahwa data tentang varian AY.4.2, keturunan varian Delta, menunjukkan 10 persen bisa lebih menular daripada varian Delta paling umum di Inggris, yang disebut AY.4.

"Karena itu, rasanya layak untuk mengawasinya (keturunan varian Delta)," katanya.

Pada 27 September, sebanyak 6 persen dari tes sekuensing varian virus corona di Inggris adalah varian AY.4.2.

Hal itu disampaikan Public Health England (PHE) yang mengatakan dalam laporannya pada hari Jumat. Mereka menambahkan bahwa perkiraan bisa tidak tepat karena sulit untuk mengurutkan mutasi varian.

Dr. Scott Gottlieb, mantan komisaris Food and Drug Administration, mengatakan bahwa varian baru itu bukan penyebab yang perlu segera dikhawatirkan.

Gottlieb justru menyerukan perlunya "penelitian mendesak" untuk mengetahui apakah keturunan varian Delta di Inggris ini lebih menular atau juga mampu menghindari respons kekebalan tubuh.

“Kita harus bekerja lebih cepat untuk mengkarakterisasi ini (keturunan varian Delta) dan varian baru lainnya. Kami memiliki alatnya,” katanya di Twitter pada hari Minggu, menambahkan bahwa tanggapan global yang terkoordinasi diperlukan.

Sementara itu, Dr Jeffrey Barrett, pemimpin kelompok genomik medis di Wellcome Trust Sanger Institute, mengatakan di Twitter pada Selasa bahwa varian AY.4.2 adalah satu-satunya keturunan Delta yang terus meningkat, yang menunjukkan "keuntungan konsisten" yang dimiliki varian Delta.

Barrett juga memperingatkan bahwa varian AY.4.2 bisa menggantikan varian Delta pada tingkat yang jauh lebih lambat dibandingkan saat varian Delta menggantikan varian Alpha yang sebelumnya dominan.

Varian Delta diperkirakan sekitar 60 persen lebih menular daripada varian Alpha yang pertama kali terdeteksi di Inggris.

Keturunan Delta langka di luar Inggris

Dalam sebuah pernyataan, Balloux mengatakan bahwa keturunan varian Delta ini langka di luar Inggris.

Sejauh ini, hanya terdeteksi tiga kasus subvarian Delta yang ditemukan di Amerika Serikat.

"Di Denmark, negara lain yang selain Inggris memiliki pengawasan genomik yang sangat baik, frekuensinya mencapai 2 persen tetapi telah turun sejak itu," katanya.

Kendati demikian belum lama ini, Israel melaporkan pada Selasa (19/10/2021) munculnya keturunan varian Delta yang masuk ke negara ini.

"Varian AY 4.2 yang telah ditemukan di sejumlah negara di Eropa telah diidentifikasi di Israel," kata kementerian kesehatan Israel seperti dilansir dari Medical Xpress.

Kasus turunan varian Delta itu ditemukan pada seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang baru tiba dari Eropa.

Kementerian ini pun mengkonfirmasi bahwa kasus subvarian Delta ini diidentifikasi di bandara Ben Gurion di Tel Aviv, Israel.

Mutasi baru keturunan varian Delta

Virus corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, mendapat sekitar dua mutasi baru per bulan.

Menurut Outbreak.info dari Scripps University, sekarang ada 56 keturunan varian Delta yang telah teridentifikasi, yang mencakup data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Sebelum munculnya varian AY.4.2, PHE cenderung mengelompokkan varian Delta dan turunannya menjadi satu.

Para ilmuwan pun mengatakan bahwa varian AY.4.2 memiliki dua mutasi baru pada bagian virus yang menempel pada sel manusia, yang disebut protein spike.

Belum jelas bagaimana mutasi virus corona ini akan mempengaruhi perilaku virus.

Balloux mengatakan tak satu pun dari mutasi virus corona tersebut ditemukan pada varian lain yang menjadi perhatian atau variant of concern.