Peningkatan Kapasitas: Penguatan Budaya Perangkat Desa dan Bamuskal
Sendangsari, 27 November 2025 — Seluruh pamong, anggota Bamuskal, serta staf kalurahan Sendangsari mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas pengembangan kebudayaan yang dilaksanakan pada Rabu (26/11). Kegiatan ini juga diikuti oleh perwakilan berbagai lembaga desa, antara lain Desa Wisata, Desa Budaya, Pokdarwis, serta Karang Taruna.
Acara yang berlangsung di aula Kalurahan Sendangsari tersebut menghadirkan narasumber seorang pemerhati budaya dari Kabupaten Kulon Progo, Drs. Yudono Hindri Atmoko. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan materi mengenai tata cara berbahasa Jawa yang baik dan benar serta aturan berbusana adat sesuai pakem budaya Yogyakarta.
Lurah Sendangsari, Suhardi, dalam sambutannya menegaskan pentingnya pemahaman budaya bagi pamong dan masyarakat. “Sebagai orang Jawa, khususnya warga Jogja, kita memiliki ciri khas dalam bertutur yang santun, berperilaku sopan, dan menjaga etika. Akan menjadi aneh jika budaya Jogja yang kita pakai justru bercampur dengan budaya lain. Karena itu, kita sebagai pamong perlu belajar lebih serius lagi,” ujarnya.
Pada sesi pertama, peserta dibekali materi mengenai kaidah berbahasa dalam membawakan acara berbahasa Jawa. Berbagai hal ditekankan, mulai dari teknik pengucapan, intonasi suara, gestur tubuh, hingga penampilan. Narasumber menegaskan bahwa pembawa acara adalah kunci keberlangsungan sebuah acara, sehingga harus memahami tata bahasa dan etika pembawaan dengan baik.
Memasuki sesi kedua, peserta mendapatkan penjelasan tentang tata cara berbusana adat Yogyakarta. Selama ini, masyarakat kerap tertukar antara adat Solo dan Yogyakarta. Narasumber menjelaskan bahwa salah satu perbedaan paling mencolok terletak pada warna jarik: adat Solo berciri latar coklat, sedangkan adat Yogyakarta menggunakan latar putih. Selain itu, peserta juga diberikan informasi mengenai motif-motif yang dilarang digunakan oleh masyarakat umum serta perpaduan busana yang tepat agar tidak terjadi percampuran budaya.
Melalui kegiatan ini, peserta semakin memahami pentingnya menjaga pakem budaya Jawa, baik dari segi bahasa maupun busana. Penyelenggara berharap pelatihan tersebut dapat meningkatkan kemampuan pamong dan lembaga desa dalam melestarikan kebudayaan lokal secara tepat dan berkelanjutan.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin