Kunjungan Studi Tiru Pengelolaan Sampah Danunegaran Mantrijeron Yogyakarta ke Eduwisata Sikaspuk

23 November 2025
SLAMET SUPRIYONO.. S.SI
Dibaca 22 Kali
Kunjungan Studi Tiru Pengelolaan Sampah Danunegaran Mantrijeron Yogyakarta ke Eduwisata Sikaspuk

Sendangsari, Sabtu 22 November 2025 — Suasana penuh kehangatan dan antusiasme terpancar sepanjang berlangsungnya kegiatan Kunjungan Studi Tiru Pengelolaan Sampah yang diselenggarakan di kawasan Eduwisata Preneur Sikaspuk Sendangsari. Sebanyak 30 peserta yang berasal dari PKK RW 17 serta RT 61, 62, dan 63 Danunegaran, Mantrijeron, Yogyakarta, mengikuti rangkaian agenda pembelajaran, pelatihan, hingga praktik langsung pengelolaan sampah berbasis budaya, inovasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan ini diinisiasi sebagai upaya memperluas wawasan ibu-ibu PKK dan masyarakat mengenai model pengelolaan sampah terpadu, kreatif, dan produktif yang dikembangkan oleh Sikaspuk. Selain itu, kunjungan ini menjadi ruang bertukar pengalaman, menambah jejaring, serta memperkuat semangat kolaborasi dalam mewujudkan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.

Ragkaian acara dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan sambutan hangat dari pengelola Sikaspuk. Slamet Supriyono, sebagai pemateri pertama, menyampaikan ucapan selamat datang sekaligus memberikan pengantar mengenai sejarah terbentuknya Sikaspuk, visi pengelolaan sampah berbasis masyarakat, dan komitmen mereka dalam mengintegrasikan konsep edukasi, budaya, serta kewirausahaan.

Sebagai pembuka suasana, peserta diajak mengikuti sesi outbond ringan di area eduwisata. Outbond ini terdiri dari permainan kolaboratif, simulasi kerja tim, serta aktivitas penyegaran yang bertujuan membangun keakraban antar peserta. Selain membuat suasana lebih cair, kegiatan ini juga menjadi simbol bahwa pengelolaan sampah dan gerakan lingkungan hidup memerlukan kerja sama, kekompakan, dan komitmen bersama.

Para peserta tampak bersemangat mengikuti setiap permainan. Tawa ceria terdengar hampir di setiap sudut area kegiatan. Kehangatan ini menjadi bekal awal sebelum memasuki sesi-sesi inti yang lebih teknis.

Sesi berikutnya dibawakan oleh Sugiyanto, yang memaparkan materi bertajuk Sinau Ngupokoro Uwuh. Materi ini mengupas konsep pengelolaan sampah berbasis data dan digitalisasi, yang mulai diterapkan di beberapa komunitas untuk meningkatkan efektivitas dan akurasi pengelolaan lingkungan.

Sugiyanto menjelaskan bahwa digitalisasi dapat membantu masyarakat dalam: • Mencatat jumlah sampah harian • Mengelompokkan jenis sampah secara terukur • Mengoptimalkan proses pemilahan • Menghubungkan pengumpul sampah dengan mitra daur ulang • Memantau perkembangan bank sampah secara transparan • Membangun integrasi data antar wilayah RW/RT

Dalam pemaparannya, Sugiyanto menekankan bahwa teknologi tidak menggantikan peran masyarakat, tetapi justru memperkuat sistem kerja yang sudah berjalan. Edukasi ini membuka wawasan peserta bahwa pengelolaan sampah bukan lagi sekadar soal membuang dan memilah, tetapi juga memanfaatkan informasi untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

Beberapa peserta terlihat aktif bertanya mengenai aplikasi apa saja yang bisa digunakan, bagaimana cara memulai digitalisasi di tingkat RT, serta bagaimana mengelola data agar tidak memberatkan kader PKK. Sesi ini menjadi salah satu yang paling interaktif, menunjukkan besarnya minat masyarakat terhadap inovasi teknologi dalam pengelolaan sampah.

Materi berikutnya dibawakan oleh Jumono, yang fokus pada pengolahan limbah sabut kelapa menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis. Dengan tema Sinau Ngupokoro Serat, para peserta diajak belajar bagaimana bahan sederhana yang sering dianggap tidak berguna ternyata dapat diolah menjadi produk rumah tangga, hiasan, maupun cenderamata yang bernilai jual tinggi.

Dalam sesi ini peserta diajak: • Mengenal karakteristik serat sabut kelapa • Mempelajari teknik dasar pemilahan serat • Mencoba teknik penganyaman sederhana • Menyusun pola kerajinan seperti sapu, keset, dan pot tanaman • Mendapat wawasan pemasaran dan peluang usaha

Jumono menekankan bahwa sabut kelapa selama ini menjadi limbah organik yang sering terbuang percuma, padahal Indonesia memiliki potensi produksi kelapa yang tinggi. Dengan keterampilan mengolah sabut, masyarakat tidak hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga dapat memperoleh tambahan penghasilan.

Pelatihan berlangsung menyenangkan karena peserta dapat langsung mencoba memegang, memilah, dan menganyam sabut kelapa. Beberapa peserta tampak begitu tertarik dan berinisiatif bertanya soal peluang usaha serta cara memasarkan produk kerajinan serat kelapa di marketplace maupun kegiatan bazar.

Materi ketiga mengangkat nilai budaya melalui tema Sinau Anam Blarak, yaitu pembelajaran pengelolaan sampah dari sudut pandang kearifan lokal. Kegiatan ini mencakup edukasi mengenai 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta praktik langsung membuat ketupat dari daun kelapa (blarak) sebagai contoh penggunaan kemasan alami yang ramah lingkungan.

Dalam sesi ini, peserta mendapatkan pengetahuan mengenai: • Pentingnya mengurangi kemasan plastik dalam kehidupan sehari-hari • Alternatif bahan alami yang dapat digunakan untuk wadah atau bungkus makanan • Filosofi tradisi ketupat dalam budaya Nusantara • Cara membuat ketupat dari daun kelapa dengan teknik anyaman dasar • Pemanfaatan blarak sebagai simbol harmoni antara manusia dan alam

Instruktur menunjukkan langkah-langkah pembuatan ketupat secara bertahap. Peserta kemudian mencoba menganyam sendiri dengan berbagai bentuk. Gelak tawa terdengar ketika beberapa peserta mencoba dan harus mengulang karena anyaman tidak rapi. Namun akhirnya hampir beberapa peserta berhasil membuat satu atau dua anyaman ketupat sederhana.

Kegiatan ini memperkuat pemahaman bahwa upaya pelestarian lingkungan tidak selalu tentang teknologi atau mesin, tetapi juga tentang kembali memahami kearifan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Setelah seluruh materi selesai, sesi dilanjutkan dengan diskusi dan refleksi bersama. Para peserta menyampaikan pengalaman baru yang mereka peroleh, mulai dari pemahaman tentang digitalisasi, keterampilan mengolah sabut kelapa, hingga kesadaran akan pentingnya budaya ramah lingkungan.

Beberapa peserta mengungkapkan bahwa kegiatan seperti ini sangat bermanfaat dan sebaiknya rutin dilakukan sebagai bentuk peningkatan kapasitas kader PKK serta masyarakat. Mereka juga merasa lebih percaya diri untuk mulai menerapkan praktik pengelolaan sampah secara terstruktur di wilayah mereka.

Dalam sesi penyampaian kesan pesan, perwakilan peserta dari PKK RW 17 dan RT 61, 62, 63 menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat menginspirasi dan memberikan wawasan baru mengenai pengelolaan sampah yang kreatif dan menyenangkan.

Peserta juga menilai bahwa metode pembelajaran yang digunakan sangat ramah bagi masyarakat, mudah dipahami, dan langsung dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi, gabungan antara edukasi teknologi, seni kerajinan, dan budaya membuat kegiatan ini terasa lengkap dan berkesan.

Pengelola Sikaspuk menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan dan partisipasi aktif seluruh peserta. Sugiyanto selaku Pengelola Sikaspuk “Eduwisata Preneur Sikaspuk dapat menjadi tempat rujukan untuk belajar pengelolaan sampah dan tempat berwisata edukatif, baik bagi pelajar maupun kelompok masyarakat.” tandasnya.

Sikaspuk berkomitmen untuk terus mengembangkan modul-modul edukasi baru, memperluas fasilitas pembelajaran, dan memperkuat jejaring kolaborasi dengan berbagai komunitas, sekolah, perguruan tinggi, dan instansi pemerintahan.

Dengan semangat memberdayakan masyarakat dan membangun budaya lingkungan yang berkelanjutan, Sikaspuk optimis dapat menjadi role model eduwisata lingkungan di Yogyakarta dan Indonesia.

Kegiatan kunjungan studi tiru ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga memupuk kesadaran kolektif bahwa pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab bersama. Langkah kecil, ketika dilakukan secara konsisten dan bergotong royong, akan memberikan dampak besar bagi kebersihan lingkungan dan kualitas hidup masyarakat.

Melalui semangat belajar, praktik langsung, dan kolaborasi, peserta pulang dengan membawa bekal keterampilan baru, pemahaman mendalam, serta motivasi untuk menerapkan pengelolaan sampah yang lebih baik di wilayah masing-masing. Kunjungan ini diharapkan menjadi awal kerja sama dan pembelajaran berkelanjutan antara Sikaspuk dan masyarakat Danunegaran, Mantrijeron, Yogyakarta.