Workshop Pakaian Adat Tradisional Yogyakarta

05 Oktober 2023
Administrator
Dibaca 87 Kali

Sendangsari- Pemerintah Kalurahan Sendangsari mengadakan workshop tentang Pakaian Adat Tradisional Yogyakarta pada Kamis, 5 Oktober 2023. Bertempat di Aula Kantor Kalurahan Sendangsari, workshop diikuti oleh pamong kalurahan, anggota BPK, seluruh ketua RT RW, kaum Rois dan ketua lembaga kalurahan yang berjumlah 100 orang.

Karena peserta sangat banyak, workshop dibagi kedalam 2 sesi yakni pukul 08.30 WIB dan pukul 13.00 WIB. Peserta sesi pertama adalah dari Ketua RT RW dan selebihnya mengikuti sesi kedua.

Dengan mendatangkan narasumber yang cukup mumpuni bahkan sudah familiar dikalangan peserta, acara workshop berjalan lancar dan mendapat antusias yang cukup bagus.

Angger Sukisno, selaku narasumber yang juga merupakan presenter disalah satu acara TV menjelaskan secara rinci tentang aspek apa saja perlu diperhatikan saat mengenakan pakaian adat. Dengan gaya penyampaian yang humoris namun tetap serius membuat peserta tidak "spaneng" dan mengantuk selama acara berlangsung. Tak hanya teori, Ia juga mencontohkan atau mempraktekkan cara pemakaian busana adat sehingga peserta menjadi lebih paham.

Beberapa poin penting yang Ia sampaikan diantaranya dalam memakai busana tradisional harus selaras dari atas hingga bawah. Pemakai harus terlebih dahulu mengenali model pakaian tradisional sehingga dapat membedakan antara adat Jogja dengan adat Solo. 

Sering terjadi karena kurangnya pengetahuan, seseorang memakai pakaian tradisional bercampur antara Adat Jogja dan Solo. Cara pemakaian busana juga ada aturannya sehingga dapat memancarkan aura kewibawaan si pemakai.

"Dalam memakai busana adat atau pakaian tradisional ada aturannya sehingga si pemakai juga akan nampak berwibawa. Iket atau blankon harus dipakai sampai menutupi kening, pemakaian jarik diusahakan motif bagian belakang tepat ditengah-tengah, serta pemakaian keris didalam stagen, bukan pada sabuk atau kamus. Kemudian saat seseorang  mengenakan pakaian adat tradisional hendaknya juga menjaga perilaku, cara berjalan, saat berdiri dan berbicara." tutur Angger Sukisno.

Busana adat tradisional khususnya gaya Yogyakarta memiliki filosofi pada masing-masing item. Dari mulai blankon, baju, jarik, stagen, kamus, keris, dan selop memiliki makna sehingga pemakaiannya harus sesuai aturan.

"Motif jarik juga bermacam-macam dan masing-masing juga punya makna tersendiri. Untuk itu ada motif tertentu seperti motif "Parang" yang dilarang untuk dikenakan saat sowan ke keraton karena menurut filosofi Jawa, jarik motif parang hanya diperuntukkan bagi raja dan anak keturunannya." imbuhnya.

Setelah mengikuti workshop ini diharapkan seluruh peserta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh. Selain menggunakan pakaian adat tradisional dengan baik dan tepat, peserta juga dimohon untuk dapat mengajarkan cara berbahasa Jawa dengan unggah ungguh yang benar kepada anak cucunya dirumah. Hal tersebut dikarenakan saat ini banyak anak-anak yang kurang bisa menggunakan Bahasa Jawa dengan baik dan benar.

(ern)