Kalurahan Sendangsari Beri Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Pada Petani

20 Desember 2022
Administrator
Dibaca 41 Kali

Sendangsari. Senin (19/12/2022) bertempat di Aula Kalurahan Sendangsari dilaksanakan Pelatihan Pupuk Organik Sebagai Wujud Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Acara Pelatihan yang diikuti sebanyak 40 orang dari Pengurus Gapoktan, Ketua Kelompok Tani, dan Perwakilan Petani di Kalurahan Sendangsari tersebut secara langsung dibuka oleh Suhardi, Lurah Sendangsari.

Dalam Sambutanya Suhardi menyampaikan agar petani bisa membuat pupuk organik sendiri setelah mengikuti pelatihan ini.

Materi pembuatan pupuk organik disampaikan oleh Sudaryono selaku praktisi pertanian dari Kalurahan Sidomulyo yang juga anggota aktif JPSM Kulon Progo.

Pentingnya penggunaan pupuk organik dalam produksi pertanian diantaranya karena saat ini bahan organik dalam tanah sudah berkurang, tanpa pupuk organic tanaman mudah terserang hama, dan juga berimbas pada produksi hasil pertanian menurun.

Pupuk organik dibagi menjadi dua macam yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik padat. Semua bahan untuk pembuatan kedua pupuk organic tersebut sangat mudah didapat disekitar kita.

Kegiatan pelatihan tersebut dibiayai dengan menggunakan Dana Desa Tahun Anggaran 2022 sebagai salah satu upaya Pemerintah Kalurahan Sendangsari dalam mendukung ketahanan pangan di masyarakat.

Materi pelatihan antara lain pembuatan pupuk organic padat dengan pupuk kandang dan pupuk kotoran kambing. Bahan pembuatannya antara lain tetes tebu, kotoran hewan sebagai sumber unsur Phosfat, serta dedaunan sebagai sumber unsur N (Nitrogen). Semua bahan tersebut dihaluskan/dicacah kemudian di campur dengan cairan dan diaduk dalam wadah yang besar bisa menggunakan sisa banner. Setelah semua bahan dicampur kemudian campuran tersebut ditutup rapat selama 21 hari, setiap 2 hari sekali bahan tadi di aduk sekitar 5 menit dan tutup kembali. Setelah proses fermentasi 21 hari, kemudian dibuka dan pupuk padat bisa di giling dan selanjutnya dikemas. Oktober 2022.

Materi selanjutnya dari Teguh, selaku Penyuluh Pertanian Pengasih menyampaikan cara pembuatan Biosaka dari rerumputan yang ada disekitar kita selanjutnya diremas-remas bersama air sehingga akan menghasilkan air tanman yang keruh yang digunakan nuntuk pupuk daun lewat penyemprotan. Sejarah Biosaka sendiri merupakan kata dari suku kata Bio dan Saka, Bio singkatan dari Biologi, dan Saka singkatan dari Soko Alam Kembali Ke Alam atau dari Alam Kembali ke Alam adalah inovasi yang telah dikembangkan oleh petani dari bahan baru-terbarukan yang tersedia melimpah di alam.

Kelebihan bahan ini menurut penemunya yaitu: Pertama, efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi. Kedua, dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen, Ketiga, proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu. Keempat, cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit, cukup 40 ml dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk luasan 1.000 m2, atau 400 ml untuk 1 ha tanaman padi. “Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7 kali aplikasi, Kelima, dapat diterapkan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunan. Keenam, dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen, sehingga jauh menghemat biaya produksi. Ketujuh bahan baku Biosaka juga tersedia setiap saat di lingkungan petani, dimana dan kapanpun.