(G2R) Tetrapreneur Sendangsari Dapat Kunjungan Kementerian PAN dan RB Rl

03 November 2022
Administrator
Dibaca 28 Kali

Pada 21 Oktober 2022 bertempat di Pendopo Jamu Naturindo Kalurahan Sendangsari,
Kabupaten Kulon Progo, Kementerian PAN dan RB Rl melaksanakan kegiatan kunjungan
ke Desa Sendangsari,

Kulon Progo yang menjadi salah satu lokus Kapanewon Prioritas
Program Penanggulangan Kemiskinan Daerah lstimewa Yogyakarta. Kunjungan
tersebut merupakan tindaklanjut Rapat Koordinasi Persiapan Launching Reformasi
Birokrasi Tematik Kemiskinan oleh Kementerian PAN dan RB Rl pada tanggal 4
Oktober 2O22 dan Surat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor B/91/R8.9912022 tanggal 13 Oktober 2A22 tentang Undangan Grand
Launching Pelaksanaan RB Tematik Penanggulangan Kemiskinan pada Pemerintah
Daerah.


Pada kesempatan tersebut, G2R Tetrapreneur Sendangsari memperkenalkan mulai
dari lantai produksi hingga ekspose produk akhirnya berupa produk unggulan ikonik, yaitu olahan bunga telang. “G2R Tetrapreneur Sendangsari merupakan salah satu model
rujukan nasional dari DIY dalam upaya gotong royong ‘utuh-komplit’ mulai dari
pemerintah daerah, swasta hingga akademisi untuk reformasi birokrasi penanggulangan kemiskinan” ujar Abu Yazid, S.I.P., M.M. (Kepala Bagian Standarisasi dan Pelayanan
Publik Biro Organisasi Setda DIY) pada kesempatan persiapan kunjungan. Tenaga Ahli
dan Konseptor G2R Tetrapreneur Rika Fatimah pula menyatakan “...kemiskinan bukan
sekadar indikator perhitungan ekonomi ‘berapa rupiah’...namun merupakan ‘budaya’
yang didalamnya sarat dengan aspek kehidupan atau lebih tepatnya ‘berkehidupan’ yang
seperti apa yang menjadi ‘pilihan’ masyarakat tersebut...”.


Selain itu Rika juga menambahkan “...kenapa saya katakan ‘pilihan’ karena pada
hakekatnya tidak ada yang namanya ‘miskin secara ekonomi’ namun yang ada adalah
‘miskin berkehidupan’ .... sebaik apapun program dan intervensi oleh berbagai pihak
diupayakan untuk masyarkat termasuk program-program pemerintah baik daerah hingga
pusat...jika berkehidupannya masyarakat tersebut sudah ‘ter-budayakan miskin’ yaitu
enggan berilmu, enggan menempatkan dirinya sebagai bagian penting dari
kehidupan bernegara hingga enggan untuk bermasa depan....maka hakekatnya adalah
suatu upaya yang hampa...karena penanggulangan kemiskinan pada hakikinya bukan
tentang ke-ekonomian-nya namun adalah tentang kemanusiaannya yang beradab dan
berkemandirian dalam berkehidupan...”

Â