Sego Dhuawar, Nasi Menul-menul Plus Oseng Kembang Kates Berbungkus Daun Jati

07 Juni 2021
Administrator
Dibaca 47 Kali

KULONPROGO – Sarapan pagi sego dhuawar menu khas yang bisa didapat kala berkunjung ke Pasar Tani Kelompok Wanita Tani (KWT) Dhuawar, Padukuhan Kroco RT 21 RW 12 Kalurahan Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo. Dalam seporsi sego dhuawar terdapat nasi putih, oseng kembang kates, terik tahu tempe.

Pengelola Pasar Tani KWT Dhuawar, Sugiyanto bercerita, sego dhuawar punya ciri khas. Yakni disajikan dalam bungkusan daun jati dengan lauk oseng kembang kates, terik tahu tempe dan masih bisa ditambah suwiran ingkung ayam dan telur tetapi tambahan tersebut khusus untuk menu pesanan. Sedangkan yang umum dijual di pasar tani memang tak dilengkapi lauk suwiran ingkung ayam dan telur. Tetapi masyarakat yang berkunjung ke pasar tani masih bisa memilih aneka lauk seperti ati ampela goreng, tempe bacem, kepala ayam, telur kecap dan gorengan.

“Lauk lain ada sayur buntil daun kates. Menu selain sego dhuawar misalnya bubur areh tahu plus telur ayam kampung, camilan keripik bunga pisang, keripik bayam brazil, jadah tempe, geblek, besengek tempe benguk, juga jenang sum-sum,” tutur Sugiyanto kepada wiradesa.co yang datang berkunjung ke Pasar Tani KWT Dhuawar pada Minggu 6 Juni 2021.

Aneka menu masakan yang ditawarkan diolah para pengurus pasar tani yang berjumlah 10 orang. Para pengunjung dan pembeli di samping warga padukuhan terdapat pula warga dari luar padukuhan. “Yang datang dan jajan bervariasi. Dari warga sekitar pasar tani, penggowes, komunitas, hingga pegawai pemerintahan yang tengah libur akhir pekan sambil jalan-jalan. Agak siang nanti ada pesanan tempat dari komunitas senam ibu-ibu di Pengasih yang mengadakan kegiatan rutin senam tapi booking tempat di sini,” imbuh Sugiyanto.

Pasar tani KWT Dhuawar buka hanya tiap Minggu pukul 06.00-09.00, berlokasi di tengah perkampungan dikelilingi kebun kelapa, pisang dan aneka tanaman macam melinjo. Mengandalkan aneka menu khas pedesaan, diakui Sugiyanto, omzet usaha pasar tani per minggu di kisaran Rp 500 ribu dengan laba sekitar 10 persen.

“Laba Rp 50 ribu. Keuntungan dibagi 5 persen untuk pemilik lahan, 5 persen buat listrik dan air, sisanya untuk modal dan bayar uang lelah karyawan. Meski nominal masih kecil tapi sudah pasti, tidak kerja bakti. Bila mau pendapatan meningkat tinggal bersama-sama meningkatkan kinerja,” beber Sugiyanto sembari menjelaskan, pesanan aneka makanan di luar agenda pasar tani telah beberapa kali diterima.

Dimulai pada Agustus 2020, Pasar Tani KWT Dhuawar menempati bangunan semipermanen yang sangat sederhana. Lokasi dapat menampung 15 orang pengunjung yang makan di tempat. Sugiyanto berkeinginan membuka pasar tani agar dapat jualan sehari penuh karena itu dirinya bersama pengurus lain tengah mengupayakan tersedianya rumah limasan sebagai tempat makan dahar ndeso dengan model prasmanan.

Kasi Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kulonprogo Heri Setyawati yang mengaku baru pertama kali datang ke lokasi pasar tani, pagi itu bersama suami sengaja berkunjung mencari sarapan menu sego dhuawar. Ia tertarik pada kemasan daun jati yang membawa kesan ndeso, disertai aroma daun jatinya tercium begitu bungkusan nasi dibuka.

“Aroma daun jatinya khas menambah selera. Begitu dibuka nasinya orang Jawa bilang menul-menul, pulen. Sayurnya oseng bunga pepaya, rasanya sudah pas. Enak. Ada nasi, sayur, lauk ambil tempe bacem. Harga, menurut saya sangat terjangkau semua kalangan,” tutur Heri yang beberapa kali datang ke Kroco sebelumnya dalam rangka mengunjungi kegiatan bank sampah.

Secara pribadi Heri sangat mendukung kegiatan pasar tani seperti di Kroco. Terlebih dengan suasana ndeso, di tengah kampung, didukung banyak pepohonan sehingga pengunjung bakal berkesempatan menghirup udara bersih dan segar sembari menikmati ragam kuliner ala pedesaan. (Sukron Makmun)

Sumber : https://www.wiradesa.co