Sejarah G30 SPKI

30 September 2019
Administrator
Dibaca 802 Kali

Sejarah G30S PKI Lengkap adalah satu bentuk kudeta di malam hari tanggal 30 September hingga awal 1 Oktober 1965 dimana tujuh jenderal militer Indonesia dibunuh. Di dokumen pemerintah ditulis Gerakan 30 September/PKI atau disingkat G30S/PKI. Peristiwa ini didalangi oleh Dipa Nusantara Aidit atau biasa disingkat DN Aidit yang merupakan tokoh penting PKI yang ingin mengubah sejarah lahirnya pancasila menjadi komunis.

 PKI berani melakukan kudeta atas kepercayaan dirinya yang tinggi karena menjadi partai berhaluan komunis terkuat ketiga setelah Uni Soviet dan Tiongkok. Ditandai dengan jumlah anggota sebesar enam setengah juta dan memiliki banyak anak organisasi yang mengontrol kondisi masyarakat dari berbagai aspek. Kudeta ini berakhir dengan kegagalan dan dilanjutkan dengan pembantaian anti komunis. Untuk memperingati kejadian memilukan ini, tiap tanggal 1 Oktober diperingai sebagai Hari Kesaktian Pancasila dan didirikan Monumen Pancasila Sakti.

Latar Belakang Sejarah G30S PKI

Angkatan Kelima

Latar belakang G30S/PKI yang pertama adalah Angkatan Kelima. Angkatan Kelima adalah ide dari PKI yang ingin mempersenjatai kaum buruh dan kaum petani. Ide dari PKI ini terjadi karena situasi politik yang ruwet, seruan revolusi dari Soekarno, Ganyang Malaysia, sejarah pengembalian Irian Barat dan perjuangan pembebasan irian barat yang butuh banyak sukarelawan. Tentu ide ini membuat Angkatan Darat gusar karena jika terealisasi, Angkatan Kelima bisa digunakan oleh PKI untuk merebut kekuasaan seperti Revolusi Bolshevik di Russia dan Revolusi Komunis di RRC.

Penolakan Angkatan Kelima oleh Angkatan Darat membuat hubungan Angkatan Darat dan PKI menjadi panas. Situasi malah lebih panas ketika PKI yang melatih sukarelawan dari Gerwani dan Pemuda Rakyat yang merupakan organisasi bentukan PKI. Padahal PKI sebelumnya mengaku bahwa pelatihan meliputi semua kalangan. Bahkan kalangan dari Angkatan Udara melihat metode latihannya mirip latihan militer RRC. perkembangan nasionalisme di Indonesia malah berubah menjadi perkembangan komunis di Indonesia.

 Masalah Tanah dan Bagi Hasil

Di tahun 1960, muncullah UU Pokok Agraria (UUPA) dan UU Pokok Bagi Hasil (UUBH). Meski UU sudah dirilis, tapi dalam praktiknya sering terjadi perselisihan antara pemilik tanah dan petani yang mengerjakan tanah. Contoh peristiwa yang terkenal adalah Peristiwa Klaten dan Peristiwa Bandar Betsi. Bandar Betsi adalah peristiwa dimana PKI yang melakukan aksi sepihak dan berusaha menjarah tanah negara salah satunya kebun karet milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).

Bung Karno Sakit

Isu menyedihkan Bung Karno sakit berkembang mulai tahun 1964 hingga dimulainya kudeta 30 September. Tentu rakyat akan bergosip dan memulai isu siapa yang berhak memegang kekuasaan jika Bung Karno meninggal. Tapi menurut Subandrio, Aidit tahu bahwa penyakit yang diderita Bung Karno tidak begitu parah atau sakit ringan.

Adanya Gerakan Ganyang Malaysia

Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia dimanfaatkan PKI untuk mendekat ke Soekarno. Konfrontasi ini terjadi karena Tunku Abdul Rahman, PM Malaysia, menginjak lambang negara Indonesia. Tentu Bung Karno murka melihat peristiwa ini dan meneriakkan seruan Ganyang Malaysia. Tapi perintah Bung Karno tidak terlalu ditanggapi oleh petinggi militer. Jenderal Ahmad Yani berpendapat seperti itu karena Indonesia cukup sulit melawan Malaysia yang dibantu Inggris. Di sisi lain, A.H. Nasution memilih untuk setuju karena tidak mau PKI menunggangi momen ini. Tentu momen “Ganyang Malaysia!” membuat Angkatan Darat dilanda dilema sehingga mereka berperang setengah hati.

PKI didekati oleh Bung Karno karena Bung Karno menyadari Angkatan Darat yang tidak terlalu niat untuk berperang. Tentu PKI langsung senang karena selain bisa menunggangi Bung Karno, juga bisa ikut “Ganyang Malaysia” yang mereka nilai sebagai pengikut nekolim. Di masa ini, PKI semakin kuat secara internal dan eksternal. Bung Karno yang mengetahui kekuatan PKI, memilih tidak melakukan apapun karena butuh kekuatan PKI untuk mengganyang Malaysia. Selain dari Bung Karno, beberapa anggota Angkatan Darat yang tidak suka dengan kepengecutan para petinggi Angkatan Darat menjalin hubungan dengan PKI.

Keterlibatan Amerika Serikat

Peperangan di Vietnam dan penularan komunisme dari negara ke negara membuat Amerika Serikat kewalahan. Kini mereka sebisa mungkin agar Indonesia tidak tertular oleh virus komunisme. Tapi beberapa pendapat menyatakan bahwa peranan Amerika Serikat di Indonesia tidak terlalu besar karena bukti-bukti fisiknya kecil.

Isu Dewan Jenderal

Dewan Jenderal merupakan isu yang mulai dihembuskan ketika waktu semakin mendekati tanggal 30 September. Entah siapa yang menghembuskan isu ini yang tentu membuat rakyat panik akan adanya usaha petinggi militer untuk merebut kekuasaan dari Bung Karno. Merespon isu Dewan Jenderal, Bung Karno memerintahkan Cakrabirawa untuk menangkap dan mengadili para Dewan Jenderal.

Peristiwa Sejarah G30S/PKI

Di pagi buta 1 Oktober pukul tiga lebih lima belas menit, tujuh detasemen diberangkatkan oleh Letkol Untung Syamsuri. Letkol Untung adalah komandan Cakrabirawa yang merupakan pengawal presiden. Tujuh detasemen itu gabungan dari resimen Cakrabirawa, Divisi Diponegoro dan Divisi Brawijaya. Mereka berangkat dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk menculik tujuh jenderal. Tiga perwira tinggi yang langsung meninggal di tempat yaitu Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal M.T. Haryono dan Brigadir Jendera D.I. Panjaitan.

Sedangkan tiga perwira tinggi yang lain yaitu Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal S. Parman dan Brigadir Jenderal Sutoyo ditangkap hidup-hidup. Untungnya, target utama yaitu Jenderal A.H. Nasution, berhasil kabur dengan cara melompat pagar ke kebun kedutaan besar Irak. Sayangnya, ajudan Nasution, Letnan Satu Pierre Tendean ditangkap karena dikira Nasution dan putri Nasution yang bernama Ade Irma Suryani tertembak dan meninggal pada tanggal 6 Oktober. Seorang brigadir polisi yang bernama Karel Sadsuitubun juga gugur. Korban terakhir yaitu Albert Naiborhu, keponakan Jenderal Panjaitan, yang terbunuh ketika rumah sang jenderal diserbu. Jasad para jenderal dibawa ke daerah bernama Lubang Buaya di dekat Halim lalu dibuang ke sumur.

Di pagi yang sama, sekitar dua ribu tentara dari dua divisi menguasai Lapangan Merdeka dan tiga sisi lapangan termasuk kantor Radio Republik Indonesia (RRI). Mereka tiak menguasai sisi timur lapangan (yang merupakan markas KOSTRAD yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Suharto). Di malam sebelumnya, Aidit sang pemimpin PKI dan Marsekal Udara Omar Dani pergi ke Halim dan ini adalah bukti keterlibatan mereka di G30S/PKI.

Pada pukul tujuh pagi, RRI menyiarkan berita dari Letkol Untung bahwa lokasi strategis di Jakarta sudah diambil. Dengan dalih untuk mencegah terjadinya percobaan kudeta oleh Dewan Jenderal yang didukung oleh CIA kepada Bung Karno. Mereka juga mengatakan bahwa Bung Karno berada di perlindungan G30S. Mendengar kabar ini, Bung Karno langsung menuju ke Halim dan berdiskusi dengan Marsekal Udara Omar Dani untuk mengisi jabatan komandan Angkatan Darat yang sekarang kosong.

Jawa Tengah juga memiliki cerita sendiri. Ketika RRI menyiarkan kabar di pukul tujuh pagi, tentara dari Divisi Diponegoro langsung mengambil lima dari tujuh batalion di bawah nama Gerakan 30 September. Petinggi PKI di Solo langsung mengumumkan dukungan. Pasukan pemberontak di Jogjakarta yang dipimpin oleh Mayor Mulyono menculik dan membunuh Kolonel Katamsan dan Letnan Kolonel Sugiono. Untungnya, ketika beredar kabar kegagalan kudeta di Jakarta, pasukan pemberontak menyerah.

Di setengah enam pagi, Suharto sang komanda KOSTRAD dibangunkan dan diceritakan oleh tetangganya tentang para jenderal yang hilang dan dibunuh di rumah. Suharto langsung pergi ke mabes KOSTRAD dan mengkontak para perwira senior. Dia berhasil mengkontak dan mendapat dukungan dari Angkatan Laut dan Polisi tapi gagal mengkontak petinggi Angkatan Udara. Suharto mengambil alih pimpinan dan memerintahkan agar tentara tetap di barak. Karena perencanaan yang buruk, pemimpin kudeta gagal mengkondisikan tentara di Lapangan Merdeka yang kepanasan dan kehausan.

Mereka berpikir bahwa akan melindungi presiden di istana. Di siang hari, Suharto berhasil mempengaruhi dua batalion agar menyerah tanpa bertarung. Pertama batalion Brawijaya yang datang ke markas KOSTRAD lalu Diponegoro yang mundur ke Halim. Pada pukul tujuh malam, Suharto berhasil mengendalikan semua fasilitas yang sebelumnya dikendalikan oleh G30S/PKI. Kemudian Nasution bergabung pada pukul sembilan dan mengumumkan bahwa dia mengambil alih Angkatan, akan menghancurkan kekuatan revolusi dan menyelamatkan Sukarno. Sebagian besar pemberontak kabur dan setelah pertempuran kecil di 2 Oktober, Angkatan Darat berhasil menguasai Halim. Sedangkan Aidit terbang ke Jogjakarta dan Dani ke Madiun sebelum tentara datang. Berakhirlah pemberontakan G30S/PKI.

Pasca Sejarah G30S PKI Lengkap

Suharto dan teman-temannya langsung menyalahkan PKI sebagai dalang dari G30S/PKI. Kabar tentang penyiksaan dan mutilasi para jenderal di Lubang Buaya langsung menyebar. Demonstrasi anti-PKI dan kekerasan di Aceh, Jawa Tengah dan Jawa Timur mulai muncul. Suharto mengirim Kolonel Sarwo Edhi ke Jawa Tengah. Ketika di Semarang, kekacauan sudah terlihat. Tentara melakukan sweeping ke desa-desa yang ditolong oleh penduduk untuk membunuh terduga komunis. Di Jawa Timur, Pemuda Ansor mulai membunuh banyak terduga komunis. Jumlah korban yang tewas bervariasi. Mulai dari tujuh puluh delapan ribu hingga satu juta. Aidit berhasil ditangkan pada 25 November 1965 dan langsung dieksekusi.

(Sumber: sejarahlengkap.com_ ye-a)